Pergi ke tempat wisata sambil belajar menambah pengetahuan, murah meriah, Ragunan Zoo tempatnya. Hanya dengan biaya Rp 4.000/orang kita bisa melihat binatang-binatang jenis mamalia, reptile, aves, amphibi, namun tak ada ikan (menurut penglihatan saya). Hiburan rakyat yang murah meriah dikala libur sekolah, banyak pengunjung yang datang berkeluarga besar, ngajak anak sampai nenek, banyak pabrik yang mengadakan family gathering dengan hiburan panggung dangdut. Suasana ramai hari Senin 18 Agustus 2008 saat libur nasional.
Begitu masuk ke Ragunan Zoo, langsung mencari toilet terdekat, yah seadanya.. harga memang mencerminkan kualitas. Anak-anak ramai terlihat senang karena diceritakan oleh Bapaknya tentang binatang-binatang itu, mereka tak peduli banyak sampah yang berserakan, pedagang-pedagang bertaburan dimana-mana tanpa aturan, pengunjung piknik menggelar tikar senenaknya menduduki rumput sehingga rumput memang tak tumbuh segar disitu. Namun tak semua anak senang, anak yang sudah cukup besar kebingungan mencari dimana ular sanca sawah kemana si umang, karena mereka tidak ditemukan di kandang mereka. Memang ada beberapa kandang yang kosong cuma bertuliskan nama ilmiah binatang tersebut, tak ada penjelasan lebih lanjut mengenai habitat mereka. Jaguar, macan tutul hanya tidur dibalik batu di dalam kandang mereka, sehingga kurang menarik perhatian anak-anak. Tak ada atraksi pemberian makan. Binatang-bingatang tersebut lemas, tak semangat.
Udara di kebun binatang ini tidak begitu fresh karena padat pengunjung, walau pohon-pohon besar rimbun, tapi sejauh mata memandang yang terlihat sesuatu yang berantakan, terlihat bahwa perawatan jarang dilakukan di tempat ini, padahal kebun binatang ini memiliki potensi objek wisata yang baik. Tempatnya strategis, di kota, akses mudah ada transjakarta, koleksi binatang lumayan. Aturan kurang tegas ditegakkan, pengunjung juga bandel tidak membantu merawat kebun binatang tersebut dengan tidak membuang sampah sembarangan, tempat sampah pun jaraknya jauh-jauh, tak efisien.
Informasi tentang binatang sedikit, sehingga anak-anak tak bisa belajar banyak.
Lingkungan mulai terlihat membaik saat menuju pusat primata Schmutzer. Pusat primate milik alm. Mrs. Schmutzer, si penyayang binatang, lebih rapi dan bersih. Biaya masuk Rp 5.000/orang, tak diperkenankan membawa tas, makanan dan minuman, semua harus dititipkan. Para pengunjung diperiksa satu-satu, agar tak membawa “calon sampah” ke dalam arena primata tersebut. Melihat kedalam, banyak gambar-gambar gorilla yang lucu, peringatan dan aturan pada pengunjung disampaikan dengan gambar-gambar lucu yang lucu untuk difoto buat wallpaper. Kemasan yang baik! Ada museum primata yang berisi sejarah evolusi primata. Walau tak begitu banyak isinya namun dikemas dengan baik sehingga menarik perhatian, apalagi ada patung-patung primate yang dicat warna-warni, lucu sekali.
Tempat ini didominasi “aquarium orang utan”, kita bisa melihat orang utan lewat kaca dengan berjalan melintasi terowongan dan koridor-koridor yang didesain seperti gua. Namun koleksi orang utan belum banyak sehingga mereka jarang terlihat. Pusat primate ini berisi dari gorilla hingga si umang yang berisik sekali. Banyak peringatan yang dapat dipelajari anak-anak seperti no illegal logging, stop memburu satwa liar, dsb, semua dikemas dengan sangat menarik.
Jalur masuk ke pusat primate Schmutzer tersebut berasal dari Ragunan zoo. Tempat wisata ini potensial untuk menjadi lebih maju dan lebih professional. Indonesia kaya akan flora dan fauna namun cara mengemas-nya lah yang kurang bagus padahal itu hal yang paling penting untuk menarik perhatian pengunjung domestic maupun luar, sehingga bisa meningkatkan pendapatan daerah juga. Pemeritah setempat harus bisa memanfaatkan potensialitas daerah ini.
19.14
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar